SOFTSKILL
Perilaku
Konsumen
Proses
yang dilalui oleh seseorang/organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu
tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum
pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan
jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada
tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk),
evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan. Atau
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Dalam
upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam
kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut
geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku
konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan
seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat
membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran
perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan
melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing.
Peran
yang dilakukan tersebut adalah:
1.
Initiator, individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu
2.
Influencer, individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi
mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja/tidak
3.
Decider, yang memutuskan apakah akan membeli/tidak, apa yang akan dibeli,
bagaimana membelinya
4.
Buyer, individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya
5.
User, individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
Banyak
faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk.
Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya
dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi,
psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan
mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada
penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan
dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi
yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.
Adapun
beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1.
Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha
memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya
terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah
dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal
utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang
lain
2.
Teori Psikologis. Mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat
kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat
diamati secara langsung
3.
Teori Antropologis. Menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok
masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas
sosial dan sebagainya.
Perilaku
Konsumen secara umum dibagi menjadi 2 yaitu Perilaku Konsumen yang bersifat
Rasional dan Irrasional.
Beberapa
ciri-ciri dari Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional:
1.
Konsumen memilih barang berdasarkan kebutuhan
2.
Barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
3.
Konsumen memilih barang yang mutunya terjamin
4.
Konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan kemampuan konsumen
Beberapa
ciri-ciri Perilaku Konsumen yang bersifat Irrasional:
1.
Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di media cetak maupun
elektronik
2.
Konsumen memiliki barang-barang bermerk atau branded yang sudah dikenal luas
3.
Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan gengsi atau
prestise
Manfaat
mempelajari perilaku konsumen
Dalam
pasar yang semakin intensif tingkat persaingannya, tuntutan konsumen yang
semakin tinggi dan sangat ingin diperlakukan secara khusus, pemahaman akan
konsumen begitu tinggi. Untuk itu sangatlah dibutuhkan pengetahuan tentang
perilaku konsumen demi memuaskan konsumen dan memenangkan persaingan.
Pemahaman
terhadap perilaku konsumen sangat bermanfaat untuk kepentingan penyusunan
strategi dan bauran pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikografis konsumen
dan juga perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan segmentasi berdasarkan
variabel tersebut. Berdasarkan sikap konsumen, pemasar dapat menyusun strategi
promosi, khususnya iklan secara tepat.
Segmentasi
Pasar
Pengelompokkan
pasar menjadi kelompok-kelompok konsumen yang homogen, dimana tiap kelompok
(bagian) dapat dpilih sebagai pasar yang dituju (ditargetkan) untuk pemasaran
suatu produk. Agar segmentasi pasar atau pengelompokkan pasar dapat berjalan
dengan efektif maka harus memenuhi syarat-syarat pengelompokkan pasar sebagai
berikut:
1.
Measurability, ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pembeli harus dapat diukur
atau dapat didekati
2.
Accessibility, suatu keadaan dimana perusahaan dapat secara efektif memusatkan
(mengarahkan) usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilih
3.
Substantiability, segmen pasar harus cukup besar atau cukup menguntungkan untuk
dapat dipertimbangkan program-program pemasarannya
Pembagian
segmen pasar:
1.
Segmentasi pasar konsumen, membentuk segmen pasar dengan menggunakan ciri-ciri
konsumen (consumer characteristic), kemudian perusahaan akan menelaah apakah
segmen-segmen konsumen ini menunjukkan kebutuhan atau tanggapan produk yang
berbeda
2.
Segmentasi pasar bisnis, membentuk segmen pasar dengan memperhatikan tanggapan
konsumen (consumer responses) terhadap manfaat yang dicari, waktu penggunaan,
daan merek
3.
Segmentasi pasar yang efektif (Fandy Ciptono, 2001)
*
Dapat diukur (measurable), ukuran, daya beli, profil segmen;
*
Besar segmen (subtantial): cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani;
*
Dapat dijangkau (accessible): dapat dijangkau dan dilayani secara efektif;
*
Dapat dibedakan (differentiable): secara konseptual dapat dipisahkan dan
memberi tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program bauran;
*
Dapat diambil tindakan (actionable): program yang efektif dapat dirumuskan
untuk menarik dan melayani segmen tersebut.
Manfaat
dan Kelemahan Segmentasi
Banyaknya
perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar pengelompokkan variabel
tertentu. Dengan menggolongkan atau mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan
bahwa secara umum perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan
meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi
perusahaan dalam jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter,
1991).
Manfaat
yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:
1.
Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai
kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah
2.
Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar
3.
Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif
4.
Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi
segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar
5.
Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau
periode-periode dimana reaksi pasar cukup besar
Sekalipun
tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan manfaat, namun juga
mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari
tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:
1.
Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih pendek
2.
Biaya penelitian/riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan
macam segmen pasar yang ditetapkan
3.
Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak
menyediakan diskon
4.
Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa
Bahkan
mungkin akan terjadi persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama
produsen untuk produk dan segmen yang sama
Hal-hal
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Segmentasi
Pengusaha
yang melakukan segmentasi pasar akan berusaha mengelompokkan konsumen kedalam
beberapa segmen yang secara relatif memiliki sifat-sifat homogen dan kemudian
memperlakukan masing-masing segmen dengan cara atau pelayanan yang berbeda.
Seberapa
jauh pengelompokkan itu harus dilakukan, nampaknya banyak faktor yang terlebih
dahulu perlu dicermati. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Variabel-Variabel Segmentasi
Sebagaimana
diketahui bahwa konsumen memiliki berbagai dimensi yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk melakukan segmentasi pasar. Penggunaan dasar segmentasi yang tepat
dan berdaya guna akan lebih dapat menjamin keberhasilan suatu rencana strategis
pemasaran. Salah satu dimensi yang dipandang memiliki peranan utama dalam
menentukan segmentasi pasar adalah variabel-variabel yang terkandung dalam
segmentasi itu sendiri, dan oleh sebab ituperlu dipelajari.
Dalam
hubungan ini Kotler (1995) mengklasifikasikan jenis-jenis variabel segmentasi
sebagai berikut:
1.Segmentasi
Geografi
Segmentasi
ini membagi pasar menjadi unit-unit geografi yang berbeda, seperti negara,
propinsi, kabupaten, kota, wilayah, daerah atau kawasan. Jadi dengan segmentasi
ini, pemasar memperoleh kepastian kemana atau dimana produk ini harus
dipasarkan.
2.
Segmentasi Demografi
Segmentasi
ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk ini harus ditawarkan.
Jawaban atas pertanyaan kepada siapa dapat berkonotasi pada umur, jenis
kelamin, jumlah anggota keluarga, siklus kehidupan keluarga seperti anak-anak,
remaja, dewasa, kawin/ belum kawin, keluarga muda dengan satu anak, keluarga
dengan dua anak, keluarga yang anak-anaknya sudah bekerja dan seterusnya. Dapat
pula berkonotasi pada tingkat penghasilan, pendidikan, jenis pekerjaan,
pengalaman, agama dan keturunan.
Demografis
membantu menemukan pasar target atau sasaran. Informasi demografis merupakan
cara yang paling efektif dari segi biaya dan paling mudah diperoleh untuk
mengenali target. Data-data demografis lebih mudah diukur daripada berbagai
variabel segmentasi lain. Berbagai variabel denografis mengungkapkan
kecenderungan yang memberikan isyarat berbagai peluang bisnis, seperti
pergeseran usia, jenis kelamin, dan distribusi penghasilan.
misalnya:
Jawa, Madura, Bali, Manado, Cina dan sebagainya.
3.
Segmentasi Psikografi
Pada
segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan:
a.
Status sosial, misalnya: pemimpin masyarakat, pendidik, golongan elite, golongan
menengah, golongan rendah
b.
Gaya hidup misalnya: modern, tradisional, kuno, boros, hemat, mewah dan
sebagainya
c.
Kepribadian, misalnya: penggemar, pecandu atau pemerhati suatu produk
4.
Segmentasi Tingkah Laku
Segmentasi
pasar banyak digunakan oleh para pelaku bisnis, diantaranya:
•
Para pemasar, karena strategi segmentasi pasar menguntungkan kedua belah pihak
di pasar, para pemasar barabg-barang konsumen menjadi bergairah untuk melaksanakannya
•
Para pengecer, contohnya The Gap membidik berbagai segmen umur, pendapatan, dan
gaya hidup di berbagai toko eceran yang berbeda
•
Hotel-hotel, membagi pasar mereka dan menargetkan jaringan hotel yang berbeda
ke segmen pasar yang berbeda
•
Perusahaan manufaktur industry, membagi pasar-pasar mereka, seperti yang
dilakukan organisasi nirlaba dan media
•
Badan-badan amal, seperti Palang Merah memfokuskan usaha-usaha pengumpulan dana
pada “para penyumbang besar”
•
Beberapa Pusat Seni Drama, Musik, dan Seni Tari, membagi para pelanggan atas
dasar pencarian manfaat dan telah berhasil meningkatkan pengunjung melalui daya
tarik promosi khusus
TARGET
PASAR
Targeting adalah proses
mengevaluasi setiap daya tarik segmen kemudian memilih satu atau lebih
karakteristik untuk dilayani. Targeting adalah persoalan bagaimana memilih,
menyeleksi, dan menjangkau pasar. Targeting atau menetapkan target pasar
merupakan tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting
adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar
yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran. Kadang-kadang targeting
juga disebut selecting karena marketer harus menyeleksi. Targeting adalah
proses mengevaluasi segmen pasar dan memusatkan upaya pemasaran pada negara,
kawasan atau kelompok orang yang memiliki potensi signifikan untuk beraksi
secara positif terhadap stimulus pemasaran dari perusahaan. Proses targeting
mencerminkan kenyataan bahwa perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan yang
dapat diakses dan dilayani secara efektif dan efisien.
Menurut Ariadi Abimanju,
targeting adalah mengenal segmen pasar yang telah ditentukan dan merencanakan
cara apa yang paling optimal agar segmen pasar memberikan kemungkinan paling
besar untuk membeli produk yang akan dijual/dipasarkan. Penentuan targeting
sangat tergantung dari hal-hal seperti karakter produk, karakter segmentasi,
dan tingkat persaingan pada segmen yang sudah dipilih. Targeting ini menentukan
kepada siapa target market dari suatu produk, apakah kepada semua orang,
sebagian orang atau orang-orang tertentu yang memiliki kekhususan.
Penetapan Target Pasar
Bagaimana cara melakukan
target market? Dalam menetapkan target market perusahaan (targeting) dapat
mempertimbangkan pola-pola, dapat dijelaskan sebagai berikut :
(1) Diferensiasi segmen, bidang usaha yang
membedakan segmen pasar sehingga perusahaan menyediakan kebutuhan produk
berbeda untuk tiap segmen yang berbeda pula disesuaikan dengan kebutuhan tiap
segmen dan memberikan berbagai varian dari produk yang ditawarkan.
(2) Undiferensiasi
segmen, bidang usaha yang tidak membedakan segmen pasar.
(3) Consentrate
marketing, spesifikasi usaha yang maksudnya adalah perusahaan berkonsentrasi
melayani kebutuhan dalam kelompok tertentu karena tidak semua orang bisa
menikmati produk yang tersedia.
(4) Market coverage strategy, merupakan
strategi yang dilakukan dengan menggunakan sistem membership serta produk tidak
dijual bebas (hanya di toko sendiri) sehingga dapat memudahkan konsumen dan
produsen.
Jika sewaktu-waktu ada
perusahaan yang memilih berkonsentrasi pada segmen tertentu saja, Hal itu
dilakukan karena dana yang terbatas, segmen tersebut tidak memiliki pesaing,
dan merupakan segmen yang paling tepat sebagai landasan untuk ekspansi ke
segmen lainnya. Ada cara untuk menetukan Target Pasarnya, yaitu:
1. Spesialisasi selektif Perusahaan memilih
sejumlah segmen pasar yang menarik dan sesuai dengan tujuan serta sumber daya
yang dimiliki.
2. Spesialisasi pasar Perusahaan memusatkan
diri pada upaya melayani berbagai kebutuhan dari suatu kelompok pelanggan
tertentu.
3. Spesialisasi produk Perusahaan memusatkan
diri pada pembuatan produk tertentu yang akan dijual kepada berbagai segmen
pasar.
4. Pelayanan penuh (full market coverage)
Perusahaan berusaha melayani semua kelompok pelanggan dengan semua produk yang
mungkin dibutuhkan. Hanya perusahaan besar yang mampu menerapkan strategi ini,
karena dibutuhkan sumber daya yang sangat besar.
Proses Targeting
· Makin besar segmen, kecenderungan
konsumen untuk memilih makin besar.
· Jika akan merumuskan targeting,
rumuskan atau defenisikan pasar potensial terlebih dahulu.
Dalam Market Plus on
Strategy, Hermawan Kartajaya menegaskan bahwa dengan menggunakan targeting,
perusahaan akan dapat memilih satu atau lebih pasar yang akan dituju. Di
samping untuk dapat menempatkan sumber daya yang dimilikinya secara efektif,
targeting sebagai fitting strategy (strategi penempatan produk) mempunyai
kriteria utama, yaitu besarnya ukuran pasar (size), pertubuhan pasar (growth),
keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang dimiliki oleh perusahaan,
dan situasi persaingan (competitive situation) yang dihadapi oleh perusahaan.
Dengan melakukan targeting sebuah perusahaan tidak akan membabi buta menyerang
pasar dengan segala kemampuan.
MOTIVASI
DALAM PERILAKU KONSUMEN
Motivasi
menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan
pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan
tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya
dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan
demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi
konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan
adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan.
Motivasi
konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan
kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun
kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku
konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya
kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai kebutuhan
menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.
Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika
kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha
motivasi para konsumen.
Seseorang
memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat
biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus,
tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul
dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau
rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga
mencapai level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan cukup mampu
mendorong seseorang bertindak dan mengambil keputusan.
Macam – macam
motivasi :
Motivasi
Positif , menyangkut kebutuhan (needs), keinginan (wants) atau hasrat
Contoh:
diskon, hadiah, pelayanan optimum
Motivasi
Negatif , misalnya : ketakutan (fears), dan keengganan (aversion)
Contoh :
Standar pembelian dalam jangka/batas waktu tertentu
Keduanya
mempunyai fungsi yang sama dalam mendorong dan mempertahankan prilaku manusia.
Maka orang menyebut keduanya : needs, wants, dan desires.
Teori – teori
tentang motivasi, antara lain :
1. Teori
Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi
yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat
bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan
fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex; kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan
tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; kebutuhan akan kasih sayang
(love needs); kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya
tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan aktualisasi diri (self
actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
2. Teori
McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari
McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need
for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai
dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland
karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri
umum yaitu sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat
kesulitan moderat; menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori
Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer
dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan
huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan
eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada
sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya,
seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan
antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori
Herzberg (Teori Dua Faktor)
Menurut teori
ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi
yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan
yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang
sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong
sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan
yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang
lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain
status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya,
hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang
diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam
organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
5. Teori
Keadilan
Inti teori ini
terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan
antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima.
Dinamika
proses motivasi
Proses
motivasi :
1. tujuan. Perusahaan harus bias menentukan
terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke
arah itu.
2. mengetahui kepentingan. Perusahaan harus
bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan
perusahaan semata
3. komunikasi efektif. Melakukan komunikasi
dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus
mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
4. integrasi tujuan. Proses motivasi perlu
untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan
perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan individu
konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di atas
harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5. fasilitas. Perusahaan memberikan
fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Tujuan
motivasi konsumen
Tujuan
motivasi konsumen :
1. meningkatkan kepuasan
2. mempertahankan loyalitas
3. efisiensi
4. efektivitas
5. menciptakan suatu hubungan yang harmonis
antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.
Memahami
kebutuhan konsumen
Kebutuhan
konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan
hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan hidup lainnya.
2. keamanan. Berkenaan dengan kelangsungan
hidup fisik dan keamanan
3. afiliasi dan pemilikan. Kebutuhan untuk
diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.
4. prestasi. Keinginan dasar akan
keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
5. kekuasaaan. Keinginan untuk emndapat
kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain
6. ekspresi diri. Kebutuhan mengembangkan
kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang lain.
7. urutan dan pengertian. Keinginan untuk
mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi dan
pembangunan system lain.
8. pencarian variasi. Pemeliharaan tingkat
kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan sebagai
pencarian variasi
9. atribusi sebab-akibat. Estimasi atau
atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakanhttp://andripurnama.awand.co.id/index.php/marketing-management/59-stp.html
https://taniosutrisno.wordpress.com/2014/09/25/perilaku-konsumen-teori-ciri-ciri-dan-manfaat-perilaku-konsumen/